Sarwendah Jalani Tradisi Tionghoa, Replika Rumah & Kendaraan Dibakar untuk Ayah

Jakarta, Indonesia – Artis dan penyanyi Sarwendah kembali menjadi perhatian publik, bukan karena penampilannya di layar kaca, melainkan karena aksi tulus yang ia lakukan untuk mengenang sang ayah tercinta. Dalam sebuah upacara keluarga yang sarat makna dan emosi, Sarwendah mempersembahkan beragam replika benda duniawi—dari rumah, kendaraan hingga perlengkapan pribadi—yang dibakar sebagai simbol penghormatan dan cinta untuk almarhum ayahnya.

Tradisi yang dijalankan ini bukan sekadar seremoni biasa, tetapi bagian dari ritual Tionghoa tradisional yang masih dijaga oleh sejumlah keluarga keturunan Tionghoa di Indonesia sebagai bentuk bakti anak kepada orang tua yang telah tiada.

Persembahan Spesial: Dari Miniatur Rumah Hingga Mobil Mewah Kertas

Dalam dokumentasi yang diunggah ke media sosial pribadinya, terlihat Sarwendah dan keluarga tengah melakukan ritual pembakaran “perlengkapan dunia akhirat”, sebuah tradisi budaya Tionghoa yang menyimbolkan pengiriman barang-barang untuk digunakan oleh orang yang telah meninggal di alam baka.

Adapun barang-barang yang dibakar berupa:

  • Replika rumah dua lantai lengkap dengan taman miniatur
  • Miniatur mobil mewah dan sepeda motor
  • Benda simbolik lain seperti pakaian, peralatan elektronik, hingga uang kertas “uang surga”

Semua replika tersebut terbuat dari kertas dan bahan ramah api, dibuat dengan detail menyerupai aslinya sebagai simbol harapan agar almarhum ayah bisa hidup tenang dan nyaman di alam lain.

Sarwendah: “Ini Bentuk Terakhir dari Cinta dan Bakti Saya”

Dalam unggahan yang menyentuh hati, Sarwendah menuliskan pesan singkat namun sarat makna:

“Tidak ada yang lebih saya inginkan selain memastikan Papa merasa dicintai, bahkan ketika beliau sudah tidak lagi bersama kami. Ini semua adalah wujud cinta, rasa hormat, dan terima kasih yang tak bisa saya sampaikan waktu beliau masih hidup.”

Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak menghakimi bentuk-bentuk penghormatan yang bersifat personal dan budaya. Bagi Sarwendah, tradisi ini adalah cara terbaik untuk mengungkapkan rasa kehilangan sekaligus penghargaan kepada sosok ayah yang selama ini menjadi fondasi hidupnya.

Warganet Tersentuh, Banyak yang Menghormati Langkah Sarwendah

Unggahan Sarwendah di Instagram langsung dibanjiri ribuan komentar. Mayoritas netizen menyampaikan rasa haru dan mengapresiasi niat baik sang artis. Beberapa bahkan menyebut bahwa tradisi yang mungkin jarang diketahui ini seharusnya lebih banyak dipahami dan dihormati sebagai bagian dari kekayaan budaya Nusantara.

“Salut sama Sarwendah, tetap pegang tradisi dan penuh rasa cinta,” tulis akun @melati_chen
“Tersentuh banget… sampai detail buat rumah dan mobil, itu bakti luar biasa,” tulis lainnya.

Apa Arti dan Asal Tradisi Membakar Replika Benda di Budaya Tionghoa?

Dalam tradisi Tionghoa, khususnya yang masih menjalankan ajaran Confucianisme dan kepercayaan leluhur, membakar replika benda adalah bentuk persembahan untuk orang yang telah meninggal. Diyakini bahwa roh orang yang wafat tetap hidup di alam lain, dan anak-anak yang berbakti akan mengirimkan benda-benda yang dibutuhkan untuk kehidupan di alam sana.

Tradisi ini umumnya dilakukan saat ulang tahun kematian (siji), Cheng Beng (ziarah kubur), atau saat keluarga merasa perlu memberikan penghormatan khusus.

Pengingat Akan Nilai Keluarga dan Budaya

Meski tidak semua orang menjalankan tradisi ini, aksi Sarwendah menjadi pengingat penting tentang nilai penghormatan kepada orang tua, serta bagaimana budaya bisa menjadi jembatan untuk mengekspresikan cinta dan kehilangan.

Di tengah arus modernisasi dan perubahan sosial, langkah Sarwendah menunjukkan bahwa tradisi dan emosi bisa berjalan berdampingan, membentuk makna yang dalam dalam sebuah peristiwa pribadi yang juga mencerminkan nilai kolektif.

Sarwendah dan Tradisi yang Menyentuh Banyak Hati

Kisah Sarwendah yang mempersembahkan replika rumah dan kendaraan untuk sang ayah bukan sekadar berita selebriti, tapi menjadi cermin dari budaya, cinta keluarga, dan bentuk penghormatan lintas generasi.

Di balik gemerlap dunia hiburan, kisah ini menjadi suara lembut tentang kehilangan, bakti, dan warisan tradisi, yang kini kembali diperbincangkan dengan penuh rasa hormat di tengah masyarakat luas.

BACA ARTIKEL LAINNYA DISINI>>> https://walhiyogya.or.id

Exit mobile version